Ir Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Pahlawan
Proklamasi, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta.
Saat ia lahir dinamakan
Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya
bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.
Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan
anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan
dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang
bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di
Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di
rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat
Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat
belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya.
Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS
(Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang
menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI
(Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia
Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin,
Bandung pada 29 Desember 1929. Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan
hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit
yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih
dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin,
pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat.
Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk
mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia
digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian
besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan,
atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung
dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan
kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca,
dan hal-hal yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan
di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya
nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal
yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.
Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman
makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan
Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung
Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung
Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi
alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila
Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang
menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja
kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara
detail.
Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara
yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur.
Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan
lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu
tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang
teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran
terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.
Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada
tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua
orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat
anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan
dalam posisi yang tidak berdaya.
Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno
demikian kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja
membuat kulitnya menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah
terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel
tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan bulan
kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia
Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku
lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930,
PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung
dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun
kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan
Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang
dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir
Soekarno dan
Drs. Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus
1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik
Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian
menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau
berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non
Blok.
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga
dengan mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya.
Sejarah mencatat Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang
tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu. Untuk
urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko.
Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana
yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita
berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan
berdua dengan
Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang jatuh hati pada
Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok
Fatmawati
yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno
benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah
dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya,
aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang
pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan
senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika
dari generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring,"
tambahnya. Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar
jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan
keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan
dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan
Guruh.
"Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.
Menurut pengakuan
Ibu Fatmawati,
dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan,
Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2
atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak
pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat
berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang
Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah
Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami
anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada
persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita
Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan pernikahan Bung Karno dan
Fatmawati memang
penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah,
Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat
itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat
dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini
melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir
pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal
memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno
adalah sosok pengagum karya seni, sementara
Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak
cerita wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno
rela begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang
menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy
pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno.
Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin
kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
"
Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan
menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada
diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku
bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik
akan menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang
ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang
diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya
mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero
negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang
dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan
budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda
seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu
yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan
hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk
berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara
politik.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan
penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat
Soeharto
sebagai Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas
G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik
keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas
kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil
menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus
memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di
RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar,
Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".
Detik Detik Kematian Sang Presiden
- Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot
Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata
lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut.
Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir
mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
- Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus
mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari
rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
- Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang
sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek
lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus
memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang
tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
- Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak
digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai
sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang
dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah
menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan
permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan
pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan
kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua
tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini
tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
- Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
- Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan
tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek
lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan
airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang
paling dicintainya ini.
- “Pak, Pak, ini Ega…”
- Senyap.
- Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua
bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar,
seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno
tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka
matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk
puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis.
Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
- Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya
yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda
itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan,
Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
- Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
- Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma.
Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
- Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan
mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya
menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap
kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya.
Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.
- “Hatta.., kau di sini..?”
- Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak
mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga
memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno
dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
- “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
- Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu.
Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya.
Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
- Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik
bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan
ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?”
Bagaimana keadaanmu?
- Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
- Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu
menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan
mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya
bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
- Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan
seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang
sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa
kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu
yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.
- “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu
mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus
kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
- Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang
sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara
dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali
tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.
- Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
- Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
- Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah
buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka
kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil.
Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan
puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit.
Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
- Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim
dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama
dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien
istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman,
Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
- Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi
Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan
tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas
yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan
yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas
terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka.
Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
- Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti
mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan
sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
- Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi.
Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun
semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang
belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini
telah tiada.
- Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter
kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi:
Soekarno telah meninggal.
Isu di bunuh secara perlahan
Banyak Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan
mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang
segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden
Soeharto.
Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama
saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini
membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat
bebas mengunjunginya.
Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak
dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat
penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak
pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan
mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa
mempercepat kematiannya.
Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat
kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk
sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ”
demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.
Kata Kata Bijak Soekarno
- Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita
tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika
bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih
baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]
- Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
- Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
- Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa
kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang
langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
- Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa
malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang
tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
- Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
- ……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……
- Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa
dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk
pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan
sebanyak-banyak keringat.
- Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
- Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa
untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan
berkorban untuk mempertahankannya
- Janganlah melihat ke masa depan dengan mata
buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala
dari pada masa yang akan datang.